Kenapa Kita Perlu Berdzikir?
Oleh:
Jamal Ke Malud
Penulis
Lepas
Dzikir adalah mengingat. Tetapi, dzikir bukan hanya mengingat, melainkan
juga memiliki kekuatan. Seperti turbin yang menyalakan energi, mulut yang
berkomat-kamit berdzikir merupakan sarana untuk membangkitkan energi di dalam jiwa. Pada tahap selanjutnya, dzikir
bukan hanya gerakan komat-kamit mulut, tetapi komat-kamit di dalam hati.
![]() |
House of Allah |
Jika turbin hati sudah mulai bergerak, energi yang dihasilkan lebih dahsyat
dari komat-kamit turbin mulut. Di saat turbin hati menyala, satu detik gerakan
turbin berarti mengalirkan seluruh energi dzikir ke seluruh aliran darah,
hingga sampai pada seluruh tubuh. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Baca juga
Dzikir Perspektif Tasawuf
Di dalam ilmu tasawuf, dzikir adalah alat transportasi yang dikendarai oleh
seorang salik (sufi) agar bisa sampai kepada kekasihnya. Semakin banyak
berdzikir, bahan bakar dan energi alat transportasi itu semakin bertambah.
Semakin ikhlas di dalam berdzikir, jarak yang ditempuh kepada kekasihnya,
semakin dekat.
Sebagai alat tranportasi, kecepatan dzikir untuk sampai kepada sang kekasih
berbeda-beda. Ada dzikir yang memiliki kecepatan roda dua, roda empat, kereta
api, pesawat terbang, hingga kecepatan kilat dan cahaya. Setelah sampai, dia
menjadi kekasih Tuhan.
Tetapi, tidak semua orang mau menjadi kekasih Tuhan. Barangkali jika
ditanya, semuanya ingin menjadi kekasih Tuhan. Tetapi, tidak semua orang mau
meninggalkan dunia. Padahal, menceraikan dunia, dengan cerai tiga, adalah
syarat utama.
Seperti dua kutub yang saling bertentangan, hati seorang manusia
hanya mampu menampung salah satunya, cinta dunia atau cinta Tuhan. Jika hati
sudah penuh dengan cinta Tuhan, maka dunia menjadi uang receh. Tentu saja,
sebagai uang receh, seseorang yang sudah menjadi kekasih Tuhan mempunyai dunia
yang bernilai 1 M, dan bahkan tak terhingga.
Meninggalkan dunia, awalnya memang pahit. Lebih pahit dari ditinggal
mantan. Karena hati yang tidak diisi dengan cinta Tuhan, pasti diisi dengan
cintai dunia. Ketika hati terisi dengan cinta dunia, berarti dia mencintai
dunia. Dunia menjadi kekasihnya, tanpa dia sadari. Lalu tiba-tiba kekasihnya,
dunia, yang dicintai mati-matian, harus ditinggalkan dan diganti dengan cinta
Tuhan. Tidak semua orang mau melakukan ini.
Bagi orang yang sadar bahwa dunia ini sementara, kebahagiaan dunia tidak
pernah kekal, sebentar bahagia dan sebentar sedih, akan dengan senang hati
meninggalkan dunia dan mengisi hatinya dengan cinta Tuhan.
Setelah seseorang ingin mengisi hatinya dengan cinta Tuhan, perjuangan
panjang dan melelahkan akan dia hadapi. Tetapi tenang saja, dzikir bisa menjadi
pelepas dahaga, menjadi pelipur lara, menjadi kekasih yang manja, dan menjadi
kemewahan yang glamor. Dzikir itu indah. Lebih indah dari kenangan mantan.
Dzikir itu lebih cantik dan lebih tampan.
Baca Juga
Dzikir Perspektif Ilmu Hikmah
Di dalam ilmu hikmah, dzikir adalah pisau bermata dua. Di tangan pengguna yang bijak, pisau bisa digunakan untuk keperluan yang positif. Tetapi, di tangan perampok, pisau itu bisa berbahaya. Oleh karena itu, tasawuf berfungsi agar pisau itu hanya bermata satu, karena penggunanya berhati suci. Dengan tasawuf, pisau bermata dua itu digunakan untuk keperluan yang diridai oleh Allah.
Ilmu tasawuf dan ilmu hikmah itu seperti pohon dan buah. Tetapi, terkadang
buah itu terjatuh dan dan dikumpulkan dengan buah-buah yang lain. Jika tidak
mujur, buah itu bisa menjadi kacang yang lupa kulitnya.
Misalnya, seorang sufi yang sangat ikhlas dan sudah wushul (sampai
kepada kekasihnya), akan diberi keramat, misalnya, bisa terbang. Sufi itu tentu
saja tidak menginginkan bisa terbang, karena yang ada di hatinya hanya
kekasihnya. Tetapi, kekasihnya memberinya kemampuan bisa terbang karena memang
tupoksi sufi itu. setiap sufi, jika sudah wushul, mempunyai tupoksi yang
berbeda-beda, sehingga keramat yang dianugerahkan juga berbeda-beda.
Keramat yang dimiliki sufi ini, bisa dipelajari orang awam. Orang awam yang
mempelajarinya dengan tekun, akan mempunyai kemampuan terbang. Bahayanya, jika
orang awam itu belum suci hatinya, maka kemampuannya bisa digunakan untuk
hal-hal yang negatif. Pada titik negatif ini, kacang telah lupa pada kulitnya.
Karena itu, para praktisi tasawuf (sufi) tidak mengajarkan keramat. Karena,
keramat nanti akan datang dengan sendirinya, sesuai tupoksi masing-masing,
setelah wushul. Jika tidak wushul, mengajarkannya hanya akan
membawa petaka.
Ilmu Hikmah dan Pembersihan Jiwa
Sebagai senjata yang lahir oleh tempaan pabrik tasawuf, ilmu hikmah sangat
dahsyat kekuatannya. Sejatinya, ilmu hikmah adalah metode untuk membersihkan
hati agar sampai kepada kekasihnya. Hati manusia itu kompleks dan penuh labirin
yang menyesatkan. Karena itu, diperlukan seorang mursyid untuk membersihkannya.
Tidak sembarang orang bisa menjadi mursyid. Pemilihan mursyid bukan di tangan
manusia, tetapi dari semacam wangsit dari Tuhan.
Ilmu hikmah yang digunakan untuk iltifat (menoleh ke lain hati) adalah
kacang yang lupa kulitnya. Di antara kitab yang banyak memuat ilmu hikmah atau
khasiat-khasiat berdasarkan al-Quran dan hadits adalah kitab Khazinat
al-Asrar karya Muhammad Haqqi an-Nazili. Di sana disebutkan, misalnya, ayat
untuk mahabbah (pelet/agar dicintai), dan khasiat-khasiat yang lain.
Bisa juga lihat kitab Hayat al-Hayawan, Manba’ Ushul al-Hikmah, Taj
al-Muluk, Syams al-Ma’arif, dan al-Mujarrabat.
Kitab Mujarrabat dan
Wahabisme
Selain bisa dipelajari oleh orang awam, kelebihan-kelebihan itu ditulis
oleh sebagian wali di dalam kitab-kitab. Ada pula pengalaman-pengalaman yang
sudah terbukti (mujarrab) dibukukan di dalam sebuah kompilasi. Seperti
buku kedokteran yang merupakan hasil penelitian, buka mujarrabat merupakan
penelitian para ahli hikmah.
Kekuatan dzikir sangat dahsyat. Karena itu, perlu dihadirkan Wahabi untuk
menumpulkan kekuatan ini. Wahabi hanya alat agar umat Islam impoten, tidak
mempunyai senjata tempur berkekutan ilahi. Kerena itu, Wahabi menyerang
repetisi ayat atau asma.
Dengan bodoh mereka berkata, repetisi itu tidak ada
dalilnya. Padahal, nabi menyatakan bahwa beliau setiap hari membaca istigfar
sebanyak seratus kali. Beliau menganjurkan repetisi tiga puluh tiga kali,
beberapa asma, setelah shalat. Semua itu adalah repetisi. Kajian otak kanan pun
mengafirmasi bahwa repetisi itu mengandung power.
Di antara kekutan dzikir, dengan repetisi yang diasah dan diisi energi
ikhlas, bisa melipat bumi, berjalan di atas air, terbang, berkomunikasi dengan
alam gaib, membelah laut, menghidupkan benda mati, ilmu laduni, futurulogi,
membaca isi hati, melihat jarak jauh, menurunkan hujan, penglaris, dan masih
banyak lagi kekuatan yang di luar akal manusia. Tetapi, bagi praktisi tasawuf,
semua itu hanya uang receh dan bukan tujuan utama.
Semua itu tak lain hanyalah
nyamuk yang mengganggu di malam hari. Sebisa mungkin, praktisi tasawuf ingin
menghindari keramat-keramat itu.
Penggunaan kekuatan luar biasa itu, melalui repetisi dzikir, biasanya hanya
sebagai stimulus saja, untuk menarik minat orang awam. Memang, ada yang
terlanjur mandi dan basah di dalam menikmati madu kekuatan itu. Tetapi bagi
praktisi tasawuf sejati, itu sudah termasuk iltifat (menoleh ke arah
tujuan lain atau selingkuh) yang bisa menjauhkan dari arah kekasihnya.