Bukan Amalan Cepat Kaya, Tapi Rezeki Lancar dengan Mengamalkan sholawat ini
Kangmuksit.com-Bagi kita yang beriman kepada Allah Swt. Pasti sudah mengerti bahwa urusan rezeki, jodoh, dan umur sudah ditentukan takarannya oleh Allah Swt.
![]() |
Photos |
Bagaimana
pun kerasnya usaha untuk mendapatkan rezeki, meneukan jodoh, dan meminta hidup
lebih lama, tetapi jika Allah tidak berkehendak, maka semua tidak akan terjadi.
Ukuran
rizki setiap orang tentu berbeda. Tetapi pasti semua makhluk yang hidup di
dunia sudah dijamin rezekinya oleh Allah Swt. Sebagaiman firmanNya;
وَمَا مِن دَآبَّةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ
إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا وَيَعۡلَمُ مُسۡتَقَرَّهَا وَمُسۡتَوۡدَعَهَاۚ
كُلّٞ فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh mahfuzh).
Ayat diatas menegaskan bahwa, binatang saja sudah
Allah jamin rezekinya apalagi manusia, makhluk sempurna yang Allah anugerahi
akal untuk berpikir.
Bagaimana Cara Mendapatkan Rezeki?
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, bahwa
manusia dianugerahi akal oleh Allah Swt, dan itu menjadi aset yang sangat luar
biasa berharga.
Berkat akal, manusia bisa berbuat apa saja. Bisa
berkarya dan karyanya memungkinkan dinikmati orang banyak. Sebagai contoh; Alfa
Edison menciptakan lampu bohlam, itu merupakah produk akal yang merupakan
anugerah oleh Allah Swt kepadanya. Dan kita bisa saksikan saat ini jutaan
manusia merasakan manfaatnya.
Masih banyak contoh lain yang bisa diambil untuk menjadi
dalil kemaha dahsyatan Allah Swt. dalam memberikan akal kepada manusia.
Agar mudah mendapatkan rezeki, maka manusia dituntut
harus bekerja. Itu merupakan wasilah atau jembatan dalam mendapatkan
rezeki. Bekerja berarti berusaha untuk mendapatkan penghidupan. Tetapi yang
mesti diingat, bekerja bukanlah sumber pemberi rezeki.
Bahwa yang memberikan rezeki adalah Allah Swt. Yang
maha kaya. Manusia akan mendapatkan sesuatu sebagaimana yang telah
diusahakannya. Artinya seberapa banyak rezeki yang didapat, berarti sekeras
itulah kerja yang ia lakukan.
Yang kedua, cara
mendapatkan rezeki adalah dengan berniaga atau berbisnis. Selain lebih flexibel,
berbisnis juga salah satu sunnah Baginda
Nabi Muhammad Saw. Jika melihat pada sejarah Nabi Muhammad Saw. waktu kecil,
pada usia sekitar dua belas tahun, beliau sudah ikut berniaga bersama kakeknya
Abdul Muthallib sampai ke negeri syam.
Beliau dikenal
sebagai pedagang yang sukses dan jujur sehingga sayyidatina Khadijah pun sampai
terpesona karena melihat kejujurannya.
Dari usia kecil
sampai dewasa, Nabi Muhammad tetap memilih sebagai seorang niaga/pedagang atau
bahasa zaman sekrang adalah pebisnis.
Sebagai ummat
beliau, ada baiknya kita menirunya dalam mencari rezeki yaitu dengan cara
berbisnis, tentunya dengan sikap dan sifat jujur yang menjadi pegangan dan prinsip
kita.
Dua hal diatas,
yaitu bekerja dan berniaga/berdagang/berbisnis adalah cara mendapatkan rezeki
dari Allah Swt. Tugas kita sebagai manusia adalah berikhtiar, urusan hasil,
kita serahkan kepada Allah Swt.
Setiap orang pasti
punya amalan. Baik amalan untuk urusan dunia maupun amalan untuk urusan
akhirat. Seperti yang diijazahkan oleh mendiang guru mulia al Habib Saggaf bin
Mahdi bin syekh abi Bakar bin Salim, pendiri yayasan pondok pesantren al
Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor.
Dalam sebuah majelisnya
waktu itu, kepada para santri beliau mengijazahkan sebuah amalan sholawat yang
jika diamalkan maka kita akan seperti punya pohon uang didepan rumah. Artinya
rezeki kita akan lancar dan berkah.
Sholawat ini
dinamakan sholawat syajarotun nuqud atau sholawat pohon uang. Beliau
tidak hanya mengijazahkan kepada para santrinya, tetapi kepada siapapun yang
membaca tulisan ini maka ia berhak mengamalkannya.
Adapun lafadz
sholawatnya yaitu;
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد
Allahumma shalli ‘ala
sayyidina muhammad wa’ala ali sayyidina muhammad
Sholawat ini dibaca
sebanyak empat ratus (400) kali waktunya selepas sholat isya sampai subuh.
Boleh diamalkan dalam keadaan duduk atau berdiri tetapi dianjurkan sambil duduk
menghadap kiblat dan dalam keadaan punya wudhu.
Wallahu a’lam…
Muksit Haetami
Santri Al Habib
Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abi Bakar bin Salim