Dzikir Di Dalam Hadits
Dzikir Di Dalam Hadits
Oleh:
Ustaz
Khairul Anwar
Pengasuh
Majelis Asma Dzikir
![]() |
Qubah Nabi Muhammad Saw. |
Pada tulisan
sebelumnya, sudah diuraikan mengenai dzikir di dalam al-Quran. Pada tulisan
ini, akan diuraikan dzikir di dalam hadits.
Orang-orang
berdzikir adalah orang-orang yang lebih dahulu berjalan menemui Tuhannya di
dunia, sebagaimana yang diriwiyatkan Muslim di dalam Shahih-nya, dari hadist
Al-Ala’, dari Abu Hurairah ra, dia berkata;
“Rasulullah saw pernah melewati
suatu jalan di Makkah, lalu beliau melewati sebuah bukit yang disebut bukit Jumdan.
Beliau bersabda, “Teruskanlah kalian berjalan, ini adalah Jumdan, dan para
Mufarridun telah dahulu berjalan.”Para Sahabat bertanya,“Siapaah para
Mufarridun itu wahai Rasulullah?”Beliau menjawab, “Mereka adalah
orang-orang yang berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya, laki-laki dan
wanita.”
Di dalam Al-Musnad
disebutankan secara marfu’, dari hadist Abu Al-Darda’ ra; “Ketahuilah,
akan kuberitahuan kepada kalian tentang amal-amal kalian yang paling baik, paling
suci di sisi Raja kalian, paling tinggi dalam derajat kalian, lebih baik bagi
kalian dari pada penganugrahan emas dan perak, lebih baik jika kalian
berhadapan dengan musuh, lalu kalia memenggal leher mereka atau mereka yang
memenggal leher kalian.” Mereka bertanya, “Apa itu wahai Rasulullah? Beliau
menjawab, Dzikir kepada Allah Azza Wajalla.”
Dalam hadist lainnya beliau
juga bersabda, sebagaimana yang disebutkan didalam Shahih Muslim, dari
Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al-Khudry RadhiAllahu Anhuma:
“Tidak segolongan orang berdzikir
kepada Allah, melainkan para malaikat mengelilingi mereka, menyelubungi mereka
dengan rahmat, menurunkan kepada mereka ketenangan, dan Allah menyebut
mereka diantara orang-orang yang ada disisi-Nya.”
Pelaku Dzikir Dibangga-Banggakan Oleh Allah
Bukti kemulian
Dzikir ini, Allah membangga-banggakan para pelakunya di hadapan para malaikat,
sebagamana yang disebutkan di dalam Shahih Muslim;
“Dari Mua’wiyah
RadhiAllahu Anhu, bahwa Rasulullah ShallAllahu Alaihi Wa sallam menemuai
kerumunan para sahabat, seraya bertanya, “apa yang membuat kalian berkumpul?”
Mereka menjawab, “kami berkumpul untuk menyebut nama Allah, memujinya karena
telah menunjuki kami kepada Islam dan
penganugrahan Islam itu kepada kami.” Beliau bersabda, “Demi Allah
apakah hanya karena itu yang mendorong kalian untuk berkumpul?” Mereka
mnjawab, “Demi Allah, hanya inilah yang mendorong kami untuk berkumpul.”Beliau
bersabda, “Sebenarnya aku tidak meminta kalian untuk bersumpah karena curiga
terhadap kalian, Hanya saja Jibril telah mendatangiku dan mengabarkan kepadaku,
bahwa Allah membangga-banggakan kalian kepada para malaikat.”
Seorang Arab
dusun bertanya kepada Rasulullah ShallAllahu Alaihi Wasallam “Apakah amal
yang paling utama?”Maka beliau menjawab, “Engkau meninggalkan dunia,
sedang lisanmu dalam keadaan bsah karena sering menyebut nama Allah”.
Adapula seorang
yang pernah berkata kepada beliau, “Sesungguhnya syariat-syariat Islam
terlalu banyak bagiku. Maka perintahkanlah kepadaku suatu perkara yang dapat
dijadikan gantungan.”Maka beliau bersabda, “Buatlah lisanmu senantiasa
basah karena menyebut nama Allah.”
Kebun Surga Adalah Dzikir
Di dalam
Al-Musnad disebutkan dari hadist Jabir, dia berkata, Rasulullah ShallAllahu
Alaihi Wa Sallam menemui kami saraya bersabda, “Wahai manusia, merumputlah
kalian di kebun-kebun surga”. Kami bertanya, “Wahai Rasulullah,
apakah kebun-kebun surga itu?”Beliau menjawab “Majlis-majlis dzikir”
Beliau juga
bersabda:
“Pergilah kalian pada waktu
pagi dan petang hari serta berdzikirlah. Siapa yang ingin mengetahui keduduannya
disisi Allah, maka hendaklah dia melihat bagaimana keduduan Allah disisinya.
Karena Allah menempatkan hamba disisi-Nya sebagaimana dia menempatkan
disisi-Nya.”
Diriwayatkan
dari Ibrahim Alaihis-Salam pada malam Isra’, bahwa Ibrahim Alaihis-Salam
berkata kepada Rasulullah,“Sampaikanlah salam dariku kepada umatmu dan
kabarkanlah kepada mereka bahwa surga itu bagus tanahnya, segar airnya, bahwa
surga itu merupakan kebun-kebun dan adapun tanamannya adalah kalimat
SubhanAllah wa ilaha illAllah wAllahu akbar.” (Diriwayatkan At-Tirmidzy,
Ahmad dan lain-lainnya).
Pelaku Dzikir Itu Hidup Hatinya
Di dalam
Ash-Shahihain disebutkan dari hadist Abu Musa RadhiyAllahu Anhu, dari
nabi ShallAllahu Alaihi wa Salam, beliau bersabda, “Perumpamaan orang
yang menyebut nama Rabbnya dan orang yang tidak menyebut nama-Nya seperti orang
hdup dan orang mati.”
Lafazh Muslim
disebutkan, “Perumpamaan rumah yang didalamnya disebutkan nama Allah dan
rumah yang di dalamnya tidak disebutkan nama Allah seperti orang hidup dan
orang mati.”
Beliau
menganggap rumah orang yang berdzikir seperti rumah orang yang hidup dan
semarak, sedangkan rumah orang yang lalai dan tidak berdzikir sama dengan rumah
orang mati atau kuburan. Dalam lafazh pertama, orang yang berdzikir disamakan
dengan orang yang hidup dan orang yang lalai tidak mau berdzikir disamakan
dengan orang yang mati. Dua lafazh ini mencakup pengertian bahwa hati yang
berdzikir seperti orang yang hidup yang
berada di rumah orang-orang yang juga hidup, sedangkan orang yang lalai tidak
mau berdzikir seperti orang yang mati yang berada di dalam kuburan.
Tidak dapat
diragukan bahwa tubuh orang-orang yang lalai merupakan kuburan bagi hati, sebagaimana yang
dikatakan dalam syair;
Lalai
menyebut nama Allah merupakan kematian hati
Jasad mereka
adalah kuburan sebelum masuk ke liang kubur
Ruh berada
di dalam tubuh mereka dalam keadaan liar
Saat
kembalipun mereka tidak mempuyai tempat
kembali
Dalam atsar
ilahi disbutkan,
Pelaku Dzikir Itu Dicintai Allah
Allah swt berfirman,
“Jika yang menang atas hamba-ku adalah menyebut nama-ku, tentu dia
mencintai-Ku dan Aku pun mencintai nya”.
Dalam atsar ilahi
yang lain disebutkan, “Wahai anak Adam, kamu tidak adil kepada-Ku, aku
mengingatmu namun kamu.Melupakan aku, aku menyuruhmu namun kamu lari kepada
selain aku, aku menyingkirkan bencana darimu namun kamu senantiasa berada pada
kesalahan kesalahan. Wahai anak adam, apa yang kamu katakan besok jika kamu
datang kepadaku?”.
Dalam atsar ilahi
yang lain disebutkan,“Wahai anak adam, ingatlah aku ketika kamu marah,
niscaya aku mengingatmu ketika aku murka. Ridhailah terhadap pertolonga-ku
kepadamu, karena pertolongan-ku kepadamu lebih baik dari pada pertolonganmu
untuk dirimu sendiri”.
Di dalam
Ash-shahih juga disebutkan atsar ilahi yang diriwayatkan Nabi SAW.
dari rabb,“siapa yang mengingat-ku di dalam dirinya, maka aku mengingatnya
dalam diriku, dan siapa yang mengingat-ku di keramaian orang, maka aku akan
mengingatnya dikeramaian yang lebih baik daripada mereka”