Dzikir Hoaks, Problem Akut Milenial
Dzikir Hoaks, Problem Akut Milenial
![]() |
sumber gambar |
Oleh:
Jamal Ke Malud
Penulis Lepas
Seiring bergulirnya era medsos, para milenial mempunyai
kebiasaan baru, yaitu men-share informasi. Tidak ada yang salah dengan
kebiasaan itu. Hanya saja, milineal yang men-share sembarangan, tanpa
peduli informasi itu hoaks, ini bermasalah. Men-share satu kali hoaks,
berarti sudah melakukan empat kesalahan sekaligus. Bahkan, bisa lebih dari tiga
kesalahan.
Empat Kesalahan Men-share Hoaks
Baca juga: Pelangi dan Manfaat Dzikir
Setidaknya, ada tiga kesalahan yang dilakukan oleh orang
yang men-share hoaks. Ini ditinjau dari sisi agama Islam. Tentu saja,
kesalahan-kesalahan yang lain, jika ditinjau dari sisi yang lain, masih sangat
banyak.
Kesalahan pertama, men-share hoaks berarti menebar
busuknya kebohongan (kadzib). Orang yang men-share hoaks berarti
ikut berbohong. Orang yang berbohong diancam dosa, dan tidak mudah dipercaya
orang. Parahnya, jika orang yang men-share itu percaya terhadap hoaks
yang dia sebarkan, berarti otaknya juga berisi kebohongan. Maka, perilakunya
juga akan digerakkan oleh kebohongan. Semakin sering dia men-share hoaks,
semakin busuk isi otaknya, dan semakin buruk perilakunya.
Baca juga: Dzikir di Dalam Hadits
Yang lebih parah lagi, biasanya orang yang men-share
cenderung membela informasi yang dia share. Jika dia men-share hoaks,
maka dia akan membela hoaks itu. Dengan membabi buta, dia akan menolak semua
kebenaran yang bertentangan dengan informasi hoaks itu. Di dalam pandangannya,
hoaks sudah berubah menjadi kebenaran yang harus dia pertahankan.
Baca juga: Menanam Dzikir Ke Dalam Hati
Kesalahan kedua, men-share hoaks berarti menebar
fitnah (namimah), jika informasi itu mengandung kebencian dan merusak
karakter. Di dalam hadits disebutkan, bahwa tukang fitnah tidak masuk surga (la
yadkhul al-jannah nammam). Kesalahan ini lebih busuk dari kesalahan
pertama.
Karakter seseorang yang dirusak, sulit untuk diperbaiki,
terutama di medsos, karena fitnah di medsos bisa viral ke semua sela-sela
informasi. Sulit membendung informasi hoaks yang berisi fitnah, terutama bagi
orang yang telah termakan oleh fitnah itu.
Baca juga: Senjata-Senjata Dzikir
Kesalahan ketiga, men-share hoaks berarti nge-gosip
(ghibah), jika informasi itu berkaitan dengan seseorang. Men-share hoaks
jenis ini berarti sama dengan makan daging saudara sendiri atau kanibal. Hoaks
jenis ini bisa menimbulkan kebencian, dengki, kesumat, dendam, dan amarah.
Kesalahan keempat, men-share informasi bisa berarti
membuka aib. Membuka aib, sekalipun aib itu benar, tetap haram. Biasanya, orang
yang suka menebar aib orang lain, terutama aib lawannya, hatinya kotor dan
ingin cuci tangan dari aib itu. Seakan-akan dia berkata, “dia melakukan
kesalahan. Sedangkan saya tidak. Saya lebih baik dari dia”. Perkataan ini
adalah kesombongan.
Dzikir Melawan Hoaks, Upaya Mendamaikan Hati
Empat kesalahan di atas, bohong, fitnah, gosip, dan
membuka aib, menurut al-Ghazali di dalam Ihya’, termasuk dosa lidah. Untuk
menghambat lidah berbuat dosa, hendaknya lidah disibukkan dengan sesuatu yang
positif. Sabda nabi, “Berkatalah benar, atau diamlah!”. Bagi orang yang
ingin mendamaikan hatinya, dzikir adalah pilihan yang sangat baik dan sangat
positif untuk menyibukkan diri.
Men-share hoaks dilakukan dengan jari, lalu kenapa
nyambungnya ke lidah? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan dua hal.
Pertama, lidah adalah alat untuk berbicara. Berbicara bohong, fitnah, gosip,
dan membuka aib itu dosa. Di era medsos, kita berbicara dengan jari. Men-share
hoaks itu berarti berbicara hoaks dengan jari. Dengan demikian, jari
mempunyai fungsi dan status yang sama dengan lidah.
Kedua, status tulisan itu sama dengan status sebuah kata.
Berkata bohong, fitnah, gosip, dan aib itu dosa. Di era medsos, men-share tulisan
yang berisi hoaks berarti berkata hoaks. Berkata hoaks berarti menggunakan
lidah untuk hoaks, tetapi dalam hal ini diwakili oleh jari. Jadi, jari menjadi
representasi dari lidah.
Sebenarnya, fungsi lidah atau jari bukan untuk menebar
hoaks. Menggunakan kedua organ itu untuk menebar hoaks berarti menyalahgunakan
kedua organ tersebut. Fungsi lidah dan jari adalah untuk berkata jujur dan
berdzikir. Lidah berdzikir dengan mulut, sedangkan jari berdzikir dengan jari
atau tasbih.
Orang yang sering men-share hoaks hatinya dipenuhi
dengan kebencian, kedengkian, amarah, gelisah, tidak tenang, resah, galau,
pikiran yang kacau, sedih, dan hal-hal tidak produktif lainnya, akibat dosa
men-share hoaks yang diperbuatnya. Untuk mengatasi hal itu dan agar
hatinya damai, tentram, bahagia, senang, dan bisa menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat dan produktif, hendaknya aktifitas men-share hoaks dihentikan
dan diganti dengan dzikir atau sesuatu yang positif dan produktif lainnya.
Dzikir Hoaks, Penyakit Akut Yang Tidak Disadari
Men-share hoaks berarti menggunakan jari untuk
melakukan aktifitas men-share hoaks. Dalam hal ini, jari adalah wakil
dari lidah untuk berbicara, sehingga status jari sama dengan lidah. Jari yang
men-share hoaks berarti sama dengan lidah yang berbicara hoaks. Dengan
kata lain, lidah seseorang yang men-share hoaks berarti sedang
mengulang-ulang hoaks, baik dia sendiri yang terus menerus men-share hoaks
atau orang lain yang secara acak dan berjumlah besar men-share hoaks.
Lidah yang selalu men-share hoaks bisa dikatakan
lidah yang sedang berdzikir hoaks. Jika demikian, bukankah lebih baik dzikir
hoaks itu diganti dengan dzikir sungguhan. Diganti dengan shalawat atau dzikir
yang lain.
Menebar hoaks atau dzikir hoaks adalah penyakit. Tetapi,
jarang orang memahami bahwa hal itu adalah penyakit. Penyakit ini disebut
penyakit hati, kotoran hati, atau kebusukan hati. Jika penyakit ini tidak
segera diobati, dikhawatirkan hatinya mati. Hati yang mati tidak akan menemukan
kebahagiaan. Meskipun menemukan kebahagiaan, kebahagiaan yang ditemukan itu
palsu.
Beberapa orang berpikir bahwa menebar hoaks itu tidak
akan dipertanggungjawabkan. Karena itu hanya men-share. Bukan apa-apa.
Apalagi bagi yang berpikir bahwa hoaksnya adalah kebenaran. Mereka tidak sadar,
bahwa hoaks menimbulkan kebencian. Sesama anak bangsa saling membenci. Jika
sesama anak bangsa saling membenci, dan mempertahankan kebencian masing-masing
karena menganggap hoaksnya benar, bukankan dalam jangka panjang dan besar
sebuah negara bisa retak, rapuh, dan runtuh!
Mengobati Dzikir Hoaks
Cara mengobat penyakit hati adalah dengan bertaubat.
Tentu saja, bertaubat itu terasa pahit. Tetapi, rasa pahit itu hanya di awal.
Jika taubat itu dilakukan secara kontinu, rasa pahit itu akan berbuah manis.
Sangat manis.
Bertaubat berarti berarti berhenti men-share hoaks.
Jika masih ngotot bahwa yang di-share bukan hoaks, tetapi sudah sadar
bahwa hoaks itu berbahaya, maka berhentilah men-share informasi yang
mengandung kebencian, baik kebencian terhadap pihak lawan maupun kawan.
Kebencian, kepada siapa pun itu, adalah penyakit. Selain itu, kebencian yang
dilawan dengan kebencian akan menimbulkan permusuhan. Bukankah kita tidak mau
bermusuhan! Persahabatan dan pertemanan itu lebih indah dari permusuhan.
Jika melihat share yang mengandung kebencian dari
lawan, lawanlah dengan men-share konten yang berisi kedamaian. Jika share
lawan berisi hoaks, jangan lawan hoaks dengan hoaks. Tetapi berilah klarifikasi
dengan santun dan damai. Melawan hoaks dengan hoaks tidak menyelesaikan
masalah. Malah, hal itu bisa menanam benih ketidakpercayaan di dalam
masyarakat. Masyarakat yang sudah saling tidak percaya adalah masyarakat yang
rapuh dan mudah dibakar amarahnya.
Karena itu, untuk bertaubat, membutuhkan kemauan yang
kuat untuk berbenah dan memperbaiki diri. Mulailah dari diri sendiri. Minumlah
obat, walau rasanya pahit. Sepahit-pahitnya obat, tetap labih pedih penyakit
yang terus menggerogoti hati. Hati-hatilah menjaga hati. Hati itu lembut. Jika
hati disirami dengan penyakit kebencian, hati akan kasar, kering, panas, layu,
dan mati. Naudzubillahi min dzalik.