Apa Itu Hajar Aswad?
Bagi sahabat yang
pernah berangkat umroh atau haji, tentu sudah barang pasti pernah melihat atau
bahkan memegang dan mencium hajar aswad.
Secara hukum, mencium
hajar aswad memang tidak wajib. Tetapi memang ada keutamaan atau fadilah tersendiri
bagi yang berhasil menciumnya.

Tidak semua jamaah
umoh dan haji berkesempatan mencium hajar aswad. Kenapa sebabnya? Karena faktor
keramaian atau desak-desakan sehinngga menyebabkan susahnya mencium batu hitam
itu.
Apa sebenarnya hajar
aswad itu? Mengapa orang rela berdesak-desakan untuk bisa menciumnya?.
Dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh sayyidatina Aisyah RA, dari nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda.
“Nikmatilah
(peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari
syurga dan setiap sesuatu yang keluar dari syurga akan kembali ke syurga
sebelum kiamat”.
Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari syurga dan setiap sesuatu yang keluar dari syurga akan kembali ke syurga sebelum kiamat
Mencium hajar aswad
pada saat menunaikan Haji dan Umroh di baitullah tidak dapat diwakilkan, tanpa
kita sadari ia akan menjadi penyedot dosa kita, alangkah beruntungnya orang yang
mampu menyentuh, mengusap dan memegangnya.
Setiap orang berlomba
mencapai Multazam karena Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Antara rukun Hajar
Aswad dan pintu Ka’bah terdapat Multazam. Tidak seorang pun hamba Allah SWT
yang berdoa di tempat ini, kecuali dikabulkan doanya.”
Hajar aswad juga
merupakan salah satu tempat mustajabah untuk berdoa kepada Allah Swt. Selain dari
multazam, hijir Ismail, maqom Ibrahim, dan rukun yamani.
Konon, dahulu batu
yang disebut hajar aswad itu berwarna putih. Namun, karena banyaknya dosa anak
adam sehingga menjadilah batu itu hitam. Batu yang sekarang masih ada di Makkah
suatu saat akan kembali ke tempat asalnya, surga.
Batu hajar aswad juga
memiliki erat kaitanya dengan sejarah keberhasilan Rasulullah Saw dalam
mempersatukan beberapa suku yang ada di kota Makkah kala itu.
Dahulu, semua orang
atau suku Arab kepengen menempatkan batu hajar aswad itu disudut kabah.
Semua suku, tidak
ingin menyerah dan tetap bersikeras ingin menaruh batu mulia itu di sudut kabah
yang sekarang menjadi tempat hajar aswad.
Karena tidak kunjungg
menemukan solusi, akhirnya baginda nabi mengambil keputusan untuk menngambil
kain dengan model segi empat.
Setiap sudut kain
tersebut dipegang oleh masing-masing suku. Dan hajar aswad ditempatkan
ditengah-tengah kain persegi itu.
Maka semua suku
berkesempatan memegang hajar aswad melalui sudut kain tadi.
Baginda nabi kemudian
mengambil batu hajar aswad yang sudah dibawa oleh masing-masing suku, kemudian
beliau menaruh batu hajar aswad ditempatnya.
Kejadian itu
membuktikan bahwa baginda nabi Saw sangat bijaksana dalam mengambil suatu
keputusan. Semua bisa menerima dengan lapang dada tanpa ada yang tersakiti.
Begitulah sifat adil seorang
nabi yang sangat dicintai oleh Allah Swt didalam mengambil keputusan untuk
menempatkan batu hajar aswad.
Banyak orang terutama
jamaah umroh dan haji yang salah kaprah dalam memahami keharusannya mencium
hajar aswad. Sehingga mereka menganggap mencium hajar aswad sesuatu yang wajib.
Padahal tidak
demikian. Boleh mencium hajar aswad dan memang ada fadilahnya, tetapi jika
kemudian membahayakan diri sendiri, maka itu menjadi haram hukumnya.
Seharusnya melihat
situasi dan kondisi di sekitar hajar aswad. Apabila sekiranya memungkinkan,
maka ciumlah hajar aswad tersebut.
Akan tetapi jika
dilihat riskan dan membahayakan diri yang berakibat fatal, maka sebaiknya
dihindari saja.
Saya pernah membawa
jamaah yang karena terus memaksa ingin mencium hajar aswad akhirnya dadanya
retak karena tersikut oleh sikut jamaah berbadan besar yang berasal dari luar
negeri.
Ia kemudian dilarikan
kerumah sakit terdekat yang berada di skitar Masjidil Haram, Makkah.
Semoga sahabat
sekalian bisa mencium hajar aswad dengan aman dan tanpa menyakti diri
masing-masing.