Sejarah Masjid Jin di Makkah
Pada tulisan
kali ini saya akan berkisah tentang JIN. Tepatnya sejarah Masjid Jin di Makkah. Memang ada masjid
Jin di Mekah? Jawabannya ada dalam tulisan ini. Silahkan simak baik-baik. Semoga
menjadi pengetahuan baru tentang tempat bersejarah yang terdapat di Kota Suci
Mekah, Arab Saudi.

Bagi sahabat
sekalian yang sudah pernah melaksanakan ibadah haji atau umroh, pasti sudah
pernah dengar Masjid Jin bukan?.
Baca juga: Sejarah Masjid Quba dan Fadhilanya
Cerita tentang sejarah Masjid Jin di Makkah biasa
dituturkan oleh Muthawif atau pembimbing umroh saat melakukan ziarah luar kota
Mekah.
Bagi sahabat
yang belum berkesempatan mengunjungi tanah haram, jangan khawatir, karena di
tulisan ini saya akan ceritakan bagaimana sebenarnya sejarah Masjid Jin di Makkah secara rinci.
Mari kita
lanjut...(boleh mampir ke channel youtube saya untuk melihat visual bagaimana
letak dan kondisi masjid Jin).
Masjid Jin
terletak disebelah kiri jalan yang agak menanjak ke arah pekuburan ma’la,
Pemakaman Ma’la atau sering
disebut dengan al jannatu al ma’la adalah komplek pemakaman di kota
Mekah dimana disana banyak orang-orang soleh sejak zaman nabi di makamkan.
Baca juga: Cara Sertifikasi Tour Leader Umroh
salah satu yang ada di dalamnya terdapat makam istri pertama
Nabi Muammad yakni Siti Khodijah dan ulama’ kharismatik asal Rembang KH Maimoen
Zubair, yang wafat saat musim haji 2019 lalu.
Masjid Jin
disebut juga masjid al Haras atau juga dikenal dengan nama Masjid Bai’ah
dan dibangun kembali pada tahun 1421 H.
Dinamakan
masjid ba’ah karena gerombolan Jin menyatakan berbaiat dan mengakui ajaran yang
dibawa oleh nabi Muhammad Saw.
Masjid yang terletak 1,5 km di sebelah utara Masjidil Haram
ini, memiliki luas sekitar kurang lebih 20×10 meter. Bangunan masjid yang
bertingkat dua ini didominasi warna abu-abu.
Kaligrafi (seni tulisan Arab) yang mengutip Alquran, Surat
Jin (ayat 1-9) menghiasi kubah masjid.
Jarak dari Masjidil Haram hanya sektar 1 KM. Letak persisnya di samping jembatan penyeberangan. Dinamakan
masjid Jin karena disanalah nabi menulis surat kepada Ibnu Mas’ud ketika
menerima rombongan jin yang ingin berbai’at kepada Nabi.
Sebelumnya
mereka telah bertemu dengan Nabi di Nakhlah saat Nabi pulang dari Thaif
pada tahun kesepuluh kenabian.
Saat itu beliau Nabi Muhammad bersama para sahabat yang
hendak pulang dari Thaif melaksanakan salat Subuh di tempat itu. Dalam
kesempatan itu, Rasulullah melantunkan ayat-ayat Alquran Surat Ar-Rahman yang
diperdengarkan kepada para sahabat.
“Diriwayatkan, pada saat itu serombongan Jin yang
sedang menuju Tihamah, terpukau dari makna Surat Ar-Rahman tersebut. Lalu, para
Jin itu pun menyatakan keislamannya dan berbaiat kepada Rasulullah,”
Sejumlah riwayat mengungkapkan, bahwa para Jin yang berbaiat
kepada Rasulullah berjumlah sembilan. Namun, ada juga yang menyebutkan tujuh
Jin. Para jin itu berasal dari daerah yang berada di antara Suriah dan Iraq,
Nasibain.
Keberadaan
Masjid Jin berkaitan dengan riwayat tentang Jin yang dijelaskan dalam QS al
Ahqaf ayat 29-32 (baca ayatnya).
وَإِذۡ صَرَفۡنَآ إِلَيۡكَ نَفَرٗا مِّنَ
ٱلۡجِنِّ يَسۡتَمِعُونَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓاْ أَنصِتُواْۖ
فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوۡاْ إِلَىٰ قَوۡمِهِم مُّنذِرِينَ قَالُواْ يَٰقَوۡمَنَآ
إِنَّا سَمِعۡنَا كِتَٰبًا أُنزِلَ مِنۢ بَعۡدِ مُوسَىٰ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ
يَدَيۡهِ يَهۡدِيٓ إِلَى ٱلۡحَقِّ وَإِلَىٰ طَرِيقٖ مُّسۡتَقِيمٖ يَٰقَوۡمَنَآ
أَجِيبُواْ دَاعِيَ ٱللَّهِ وَءَامِنُواْ بِهِۦ يَغۡفِرۡ لَكُم مِّن ذُنُوبِكُمۡ
وَيُجِرۡكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ وَمَن لَّا يُجِبۡ دَاعِيَ ٱللَّهِ فَلَيۡسَ
بِمُعۡجِزٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَيۡسَ لَهُۥ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءُۚ
أُوْلَٰٓئِكَ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٍ
29. Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan
serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka
menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk
mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada
kaumnya (untuk) memberi peringatan.
30. Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah
mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang
membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan
kepada jalan yang lurus.
31. Hai kaum kami, terimalah
(seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya
Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
32. Dan orang yang tidak menerima
(seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri
dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah.
Mereka itu dalam kesesatan yang nyata".
Muksit Haetami
Pembimbing Umroh